You must have JavaScript enabled in order to use this theme. Please enable JavaScript and then reload this page in order to continue.
Loading...
Logo Desa Cileunyi Kulon
Desa Cileunyi Kulon

Kec. Cileunyi, Kab. Bandung, Provinsi Jawa Barat

Selamat Datang di Website Resmi Pemerintah Desa Cileunyi Kulon Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung Provinsi Jawa Barat

Resensi Buku "Laut Bercerita"

Admin 23 Oktober 2017 Dibaca 13 Kali
Resensi Buku
Judul : Laut Bercerita
Penulis : Leila S. Chudori
Jumlah Halaman : 394
Tahun Terbit : 2017
Lokasi dan Penerbit : Jakarta, Gramedia

 

Novel “Laut Bercerita” karya Leila S. Chudori merupakan sebuah novel yang menyuguhkan alur cerita yang dilatarbelakangi oleh peristiwa, saat Indonesia dipimpin oleh Presiden Soeharto yang kita kenal sebagai Orde baru. Buku ini menceritakan mengenai tokoh utamanya yang bernama Biru Laut bersama dengan teman-teman mahasiswanya yang melakukan pembelaan terhadap aktivis pejuang hak asasi manusia (HAM) pada periode tersebut. Namun, mereka tidak diperlakukan dengan baik, meskipun mereka mendapatkan dukungan dari masyarakat yang sudah lama tidak menyukai cara kerja pemerintahan Orde Baru yang dinilai merugikan mereka. Selain menceritakan perjalanan seorang Biru Laut dalam membela dan memperjuangkan. HAM di era pemerintahan yang nyaris tidak ada demokrasi, novel ini juga menceritakan nasib keluarga Biru yang penuh dengan pergumulan akibat dari tindakan Biru.

Kisah novel ini dimulai dari kelahiran sang tokoh utama, Biru Laut. Biru menjadi tumbuh sebagai seorang pemuda yang memiliki perhatian khusus terhadap ketimpangan, yang menurut pandangannya, menjerumuskan pada dampak negatif pada masa pemerintahan presiden saat itu. Pada masa itu, digambarkan bahwa pelanggaran HAM banyak terjadi, termasuk yang dilakukan terhadap para aktivis yang merupakan mahasiswa. Biru hadir sebagai mahasiswa juga aktivis yang banyak terlibat dalam pembelaan kasus-kasus pelanggaran HAM juga penculikan yang dilakukan terhadap para aktivis mahasiswa. Banyaknya andil yang ia lakukan telah menjerumuskannya terhadap risiko yang besar, hingga membawanya ke dasar laut dan melepaskan dirinya sebagai subyek mahasiswa.

Banyak kejadian akibat dari keberanian yang Biru lakukan membuat reaksi, baik dari keluarga, kerabat, orang tuanya, juga rekan aktivis, untuk ikut berdiri di depan Istana Negara dalam menuntut keadilan, termasuk menuntut jawaban tentang hilangnya anak mereka yang terlibat di dalam penculikan. Mahasiswa dalam novel ini digambarkan sebagai golongan yang berbahaya pada masa Orde Baru. Mahasiswa yang memiliki antusias terhadap paham kiri juga tertarik membaca produk buku-buku kiri mendapatkan pengawasan ketat. Jika hal ini disertai dengan penolakan terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah, maka mereka akan mengalami hal-hal yang buruk, seperti diculik, disiksa, dan diinterogasi, bahkan dibunuh. Mahasiswa banyak melakukan gerakan yang menentang kebijakan pemerintah dan menyebabkan penculikan juga penyiksaan terhadap mereka. Hal ini dinilai telah menantang pemerintahan Orde Baru yang hadir nyaris tanpa demokrasi.

Indonesia pernah berada di bawah pemerintahan yang bisa dikatakan otoriter, di mana kebebasan bersuara maupun bertindak atas sikap yang dilakukan pemerintah tidak sejalan dengan nilai-nilai demokrasi dibungkam. Hal ini juga disertai tindakan yang ikut menyebabkan hilangnya nyawa para aktivis demokrasi. Buku ini memberikan kita gambaran bahwa kekuasaan dapat melakukan apa saja yang mungkin hanya memberikan manfaat kepada segelintir pihak berkepentingan yang berada dalam pemerintahan. Bahkan, mahasiswa seperti layaknya Biru yang membela serta memperjuangkan para aktivis yang mendapatkan perilaku pelanggaran akibat ulah pemerintah, dianggap radikal dan membahayakan negara karena tidak mengikuti regulasi yang dikeluarkan pemerintahan.

Padahal, saat itu Indonesia merupakan negara yang berasaskan pada nilai-nilai Pancasila, yang mana seharusnya negara dijalankan sesuai dengan nilai yang terkandung di dalamnya dengan berlandaskan pada nilai-nilai. Namun, dalam kenyataannya, seperti yang digambarkan dalam novel “Laut Bercerita”, demokrasi tidak berjalan semestinya, karena banyaknya pelanggaran HAM. Segelintir orang seperti Biru yang berusaha untuk mengubah sistem yang bobrok pun kehadirannya terancam. Padahal, mereka mencoba untuk mengubah keadaan yang salah agar kembali ke rel demokrasi yang sebenarnya. Perubahan yang mengarahkan pemerintahan untuk bersikap melindungi dan menerima kritik dan saran, serta menaungi aspirasi masyarakat luas, memperbaiki sistem yang bobrok menjadi lebih baik lagi, dan terbuka akan pendapat perubahan.

Dalam novel tersebut, digambarkan gejolak perjalanan Biru bersama teman sejawatnya dalam menyelesaikan permasalahan pelanggaran HAM bersama dengan masyarakat yang telah lama kecewa dengan pemerintahan. Namun, mereka ternyata belum memiliki keberanian untuk melakukan aksi yang nyata. Dalam novel ini juga digambarkan bagaimana keluarga Biru dan kekasihnya melewati nasib karena lenyapnya Biru yang hilang tanpa kejelasan akibat tindakan pemerintah. Mereka juga ikut andil dalam beberapa demonstrasi sambil menunggu kabar tentang Biru dan membela demokrasi, meski dianggap sebagai kelompok pengacau ketertiban.

Jika kita melihat kondisi demokrasi saat ini, jauh berbeda dibandingkan pada era di mana Biru berada. Kondisi di mana penerapan demokrasi juga nilai kebebasan, terutama dalam menyuarakan pendapat, diberikan tempat dan kesempatan seluas-luasnya. Namun dalam kenyataannya, hal ini juga masih mengalami banyak tantangan. Misalnya, penyelesaian kasus pelanggaran HAM akibat dari era pemerintahan-pemerintahan yang sebelumnya masih belum dituntaskan dengan tegas dan jelas. Pemerintah saat ini juga seolah menganggap masalah ini telah selesai dan meninggalkan ras kecewa yang sangat besar kepada para keluarga dan kerabat korban akibat pelanggaran HAM.

Kita bisa melihat dalam novel ini bahwa pemuda intelektual seperti mahasiswa mampu menjadi sebuah agen perubahan. Mahasiswa punya andil yang cukup besar dalam membawa perubahan untuk bangsa ini dengan meneriakkan pentingnya perlindungan HAM dan penegakan hukum. Hal ini juga mencakup aspek kebebasan menyuarakan pendapat, mengkritik, dan menyampaikan gagasan untuk perubahan. Peran aktivis dan mahasiswa selayaknya harus dilindungi dan kritik mereka harus dilihat sebagai masukan dan refleksi partisipasi warga negara dalam proses kebijakan. Meskipun demikian, sejak Reformasi, saat ini Indonesia telah belajar dari kejadian masa lalu bagaimana menerapkan nilai demokrasi yang seharusnya.

Di sisi lain, dalam perjalanannya dan akhir-akhir ini, kita disuguhkan masih banyaknya kekurangan dalam penerapan demokrasi serta perlindungan HAM dan kebebasan di Indonesia. Oleh karena itu, disinilah peran penting para penggagas perubahan untuk mendorong perubahan lewat reformasi dan gagasan yang lebih baik. Hal ini juga penting untuk berkontribusi dalam upaya menjamin perlindungan HAM, perlindungan bagi para aktivis dan juga warga negara pada umumnya, dan terlindunginya kebebasan bagi setiap individu dalam setiap aspek kebijakan dan regulasi publik, serta penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Pada akhirnya, novel ini mengajarkan kita untuk menilai bagaimana urgensi demokrasi yang sebenar-benarnya harus dijalankan dalam suatu negara dan melibatkan berbagai pihak untuk ikut mengawalnya. Novel ini juga menggarisbawahi peran penting mahasiswa sebagai salah satu agen perubahan dalam sistem yang demokratis, meskipun ternyata sistem sedemikian pun juga bisa muncul sebagai sistem yang tidak bebas dan melanggar HAM dan kebebasan.

Selain itu, mahasiswa harus menjadi generasi yang mampu melakukan “checks and balances” terhadap pemerintah dalam menjalankan mandatnya. Generasi muda juga perlu melatih diri dan dilatih untuk bersikap kritis mengenai kebijakan pemerintah untuk mengatur jalannya pemerintahan serta kehidupan warga negara. Maka dari itu, demokrasi dimaknai tidak hanya penting dan berlaku untuk negara saja sebagai suatu sistem.

Demokrasi juga harus menjamin kebebasan dan hak kita sebagai manusia yang berdaulat dan sebagai warga negara, agar dapat ikut berpartisipasi dalam proses kebijakan, serta bebas untuk mencapai cita-cita kita, dengan jaminan HAM dan kebebasan, serta penegakan hukum.

Sumber : https://medium.com/@redaksisuarakebebasan/resensi-buku-laut-bercerita-4213c293eede

Beri Komentar
Komentar baru terbit setelah disetujui oleh admin
CAPTCHA Image